Minggu, 16 Mei 2010

TPST Bojong Riwayatmu Kini

sebuah pemikiran
oleh reshakusumo syahrir



PENDAHULUAN


Sudah hilang dari ingatan kita semua, teriakan dan kata-kata protes yang terlontar dari mulut Warga Bojong yang penuh semangat untuk menghentikan aktifitas pengolahan sampah di wilayah selatan Jakarta itu. Hampir lima tahun, proses pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bojong dihentikan setelah hanya beberapa bulan beroperasi. Pemerintah pun seakan tinggal diam dan tidak berdaya menghadapi tuntutan masyarakat. Perusahaan yang mengurus penge-lolaan TPST Bojong hanya bisa menghentikan dan terdiam kebingungan akan apa yang harus mereka lakukan.

Sebetulnya apakah yang terjadi di sana sehingga masyarakat menuntut TPST Bojong ditutup? Seburuk apakah TPST Bojong sehingga masyarakat menuntut penghentian operasi? Apakah masalah sampah masyarakat bisa dikelola dengan baik tanpa TPST Bojong? Bagaimana cara mengurangi keru-mitan masalah sampah yang dihasilkan masyarakat? Berikut akan dijelaskan secara singkat dan padat.



ISI


TPST Bojong

TPST Bojong terletak di Desa Bojong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor pada lahan seluas 35 hektar. PT Wira Guna Sejahtera adalah sebuah perusahaan swasta yang bekerja sama dengan Pemkot Jakarta untuk membangun TPST Bojong. Dana yang digunakan bukan dari APBD, tetapi dari investasi pihak asing (Swedia) sebagai penyedia mesin pengolahan sampah.


Teknologi yang Digunakan

Teknologi utama pengelolaan sampah yang digunakan oleh TPST Bojong berasal dari Swedia yang dikenal dengan nama Teknologi Ballapress. BALA adalah nama perusahaan Swedia, yang pabriknya berlokasi di Nossebro, dekat Gothenburg. Perusahaan tersebut berpengalaman 15 tahun dalam merancang dan membuat system untuk menangani, menyimpan, dan membuang sampah padat. Teknologi pengolahan pada dasarnya dibagi atas empat unit penolahan antara lain:

1. Unit Pemilahan

Pemilahan sampah dilakukan di atas delapan unit ban berjalan (conveyor belt) yang masing-masing panjangnya 33 meter. Para ‘pemulung’ (sekitar 1000 orang) berada di sisi kiri dan kanan masing-masing ban berjalan tersebut, bertugas memilah sampah yang masih punya nilai ekonomis (untuk didaur ulang) seperti plastic, logam, gelas, kaleng, dan kertas untuk diangkut keluar mesin; dan benda yang masuk mesin umumnya sampah organic dan yang tidak punya unsur ekonomis lagi dan bebas dari material berat seperti balok kayu, batu, kerikil dan lain-lain.

Kelemahan dari metode ini adalah lebar ban yang kurang dan tidak mampu menampung volume sampah dan pemilahan yang masih menyisakan material berat masuk ke mesin.

2. Unit Pemadatan

Tiga jenis sampah akan masuk ke dalam mesin, yaitu sampah organic, sampah yang akan di daur ulang, dan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Pemadatan dilakukan dari volume sampah normal menjadi ukuran 20 – 25% dari ukuran awal. Pemadatan menjadi bentuk kubus 1 -1,7 m3. Pemadatan sampah organic dimaksudkan untuk memperkecil volume, mengeringkan, dan mengekstrak air lindi dari sampah tersebut. Pemadatan sampah daur ulang dan tanpa nilai ekonomis untuk memperkecil volume sampah. Pemadatan sampah ini juga dimaksudkan agar proses insenerasi bisa lebih mudah.

3. Unit Insenerasi

Unit ini bertugas ‘memanggang’ kubus-kubus sampah organic dan tanpa nilai ekonomis lagi. Sampah yang akan didaur ulang akan didistribusikan ke unit-unit daur ulang di dalam dan luar TPST. Volume sampah yang masuk unit insenerasi akan direduksi hingga 60-80%, dan 20-40% dari volume sampah akan menjadi abu yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan batu bata dan batako. Hasil insenerasi sampah organic dan sampah tanpa nilai ekonomis akan dibungkus dan ditimbun di lahan yang telah digali, dan kemudian akan dijadikan wilayah penanaman pohon.

Kelemahan unit ini adalah gas buang hasil proses pembakaran. Gas buang hasil pembakaran seperti partikulat, nitrogen monoksida, sulfur oksida, karbon dioksida, dan furan, tergolong dapat menjadi polutan yang berbahaya yang bersifat karsinogenik (memicu kanker).

4. Unit Pengolahan Air Lindi

Air hasil penyaringan dari proses pemadatan dikenal dengan nama air lindi (leachate) yang kaya dengan senyawa organik dan dinyatakan dalam Chemical Oxygen Demand (COD). Air lindi diproses melalui proses anaerobic atau tanpa oksigen dalam prosesnya. Air lindi akan dijadikan senyawa untuk campuran kompos dan gas hasil proses berupa metana (CH4) akan dijadikan sumber energi bagi TPST sendiri.

Pada Jumat, 1 Oktober 2004, uji coba pengoperasian TPST Bojong dilakukan, namun tidak lama setelahnya TPST Bojong resmi ditutup.


Pro Kontra TPST Bojong

Henky Susanto, seorang ahli dari BPPT mengatakan TPST adalah sebuah kesia-siaan. Pemusnahan lewat insenerator sangat berbahaya dan harga insenerator sangat mahal. Terdapat zat seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), dan PCB (poly chlorinated biphenyl) yang dihasilkan pembakaran di incinerator yang dapat mengakibatkan kanker. Dia lebih menyarankan pemanfaatan TPA Bantar Gebang untuk diubah dari sanitary landfill menjadi reusable sanitary landfill.

Joko Heru Mantono, seorang ahli BPPT lainnya mengatakan bahwa konsep TPST Bojong ini cukup bagus namun aspek kelayakan dengan berbagai syaratnya diabaikan. Keamanan dan pengendalian lingkungannya masih dipertanyakan pula. Seharusnya TPST Bojong direlokasi, tetapi masalah yang sama yaitu penolakan dari warga sekitar juga akan mengiringi proses relokasi tersebut.

Warga Menolak

Dasar penolakan Warga Bojong atas keberadaan TPST di wilayah mereka adalah lokasi tersebut akan bernasib sama dengan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Padahal TPST dan TPA adalah dua konsep pengolahan sampah yang sangat berbeda. TPA Bantar Gebang merupakan sanitary landfill (pe-nimbunan sampah dengan lapisan tanah), yang menyebabkan pencemaran air tanah akibat tanah tidak dilapisi lapisan kedap air, dan pencemaran udara (bau) akibat pembusukan sampah. Walaupun direktur PT Wira Guna Sejahtera telah menjamin bahwa pencemaran yang terjadi di Bantar Gebang tidak akan dialami oleh TPST Bojong, namun warga telah dirasuki rasa ketakutan dan akhirnya menjadi paranoid akan TPST Bojong. TPST Bojong pun akhirnya berhenti beroperasi.


Kondisi Terakhir

Lahan milik PT Wira Guna Usaha yang luasnya 35 hektar bekas berdirinya TPST Bojong, terlantar. Banyak warga memanfaatkan lahan tersebut untuk menggembalakan hewan ternak mereka. Sejak tahun 2007, TPST resmi menghentikan usahanya, pihak perusahaan membiarkan lahan luas itu begitu saja. Warga sekitar mengatakan bahwa warga setuju saja bila PT Wira Guna Usaha mengadakan aktifitas di wilayah mereka asalkan bukan pengolahan sampah. Mereka juga mengatakan bahwa sebaiknya lahan tersebut digunakan untuk pertanian daripada untuk industri. Lahan tersebut sekarang ditumbuhi rumput liar. Bangunan bekas tempat mesin pengolahan sampah hanya tersisa puing-puing dan pondasinya saja. Yang tersisa hanya pos penjagaan yang juga tidak terawatt. Danau seluas satu hektar di sisi kiri lahan TPST jadi objek menarik untuk wisata warga dan sarana pemancingan.


Penyelesaian yang Tepat Saat Ini

TPST Bojong dirancang untuk mengolah 2.000 ton sampah per hari, sedangkan sampah warga Jakarta setiap harinya mencapai angka 6.000 ton. Sampah warga Jakarta dalam seminggu mampu memenuhi Stadion Gelora Bung Karno. Itu artinya hanya 33% dari total sampah warga Jakarta yang dapat diolah di TPST Bojong. 67% sisanya akan dilempar ke TPA Bantar Gebang, yang kondisinya sudah diketahui bersama tidak layak untuk pengelolaan sampah. Sampah walau terkadang disepelekan memiliki efek yang membahayakan, dan menjadi penyumbang gas rumah kaca berupa metana dan karon dioksida. Alternatif lain diperlukan untuk pengelolaan sampah dari warga masyarakat umumnya, warga Jakarta pada umumnya.

Alternatif terbaik adalah mengolah sampah sebelum sampah itu naik ke truk-truk pengangkut sampah dan mencapai TPST Bojong ataupun TPA Bantar Gebang. Pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga itu sendiri. Sampah dari rumah harus dipilah-pilah menjadi tiga kelompok. Sampak organic atau sampah basah, sampah anorganik atau sampah kering, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sampah basah atau organic umumnya berasal dari makhluk hidup seperti daun-daunan, sayuran, buah, serta sisa makanan. Sampah organic dapat diurai oleh mikroorganisme, namun proses penguraiannya menimbulkan bau busuk dan gas rumah kaca. Sampah kering atau anorganik seperti plastic, kertas, gelas, karet, dan berbagai sampah anorganik lain yang masih memiliki nilai jual seperti botol, kertas, besi bekas, dan kaleng. Limbah B3 berbahaya bagi manusia dan lingkungan seperti botol obat nyamuk, sisa bahan kimia, tinta, parfum, dan oli. Tanpa system pembuangan yang benar, limbah B3 dapat mencemari lingkungan, air, tanah, dan tanaman.

Tiap rumah tangga dapat memulainya dengan menyediakan wadah untuk tiga jenis sampah di atas, atau membagi kantung sampahnya menjadi tiga bagian. Sampah limbah B3 dapat dikumpulkan dan diurus secara swadaya dalam kumpulan masyarakat seperti tingkat RT, dengan membuat system sederhana pengelolaan yang aman. Sampah anorganik dapat dijual ke pengumpul barang bekas seperti kertas, botol, besi, kaleng, dan plastic, atau dikreasikan menjadi barang dengan sedikit kreatifitas. Sampah organic dapat diolah menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Kompos dapat dibuat dengan menggunakan tong atau membuat lubang biopori. Kompos menggunakan tong memerlukan campuran bahan kimia atau menggunakan bakteri pengurai, sedangkan pengomposan biopori membuat lubang di tanah sedalam 80 – 100 meter yang lalu diisi dengan sampah organic. Pengolahan sampah organic menjadi sangat krusial karena sampah organic memiliki porsi lebih 60% dari total sampah dari warga masyarakat.

Tiga konsep umum pengelolaan sampah yaitu reduce (mengurangi), reuse(memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang) juga harus dipahami oleh masyarakat. Beberapa tips yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Makan & Minum Sambil Mengurangi Sampah

  • Hindari penggunaan alat makan sekali pakai (sendok, piring, gelas).
  • Bila menjamu orang banyak, gunakan system prasmanan saja, disbanding menu boks yang menimbulkan sampah.
  • Selalu habiskan setiap makanan yang kita makan, itu akan mengurangi sampah.
  • Kurangi penggunaan sedotan, karena hanya digunakan sebentar dan akhirnya jadi sampah.
  • Bila meminum minuman ringan, pilih yang berkemasan botol kaca yang bisa dikembalikan, disbanding botol plastic atau kaleng.
  • Gunakan pembungkus makanan yang ramah lingkungan seperti daun pisang.

2. Menghemat Kertas

· Hindari memakai kertas baru untuk mengirim faks.

· Dokumen yang tidak terlalu penting sebaiknya disimpan di computer saja, jangan dicetak.

· Gunakan kertas secara bolak-balik, itu akan menghemat kertas hingga 50%.

· Buat garis untuk membagi kertas untuk catatan menjadi dua bagian sama besar.

· Kumpulkan kertas bekas yang satu sisinya masih kosong untuk jadi buku catatan.

· Kumpulkan kertas bekas yang sudah tidak/tidak bisa dipakai untuk didaur ulang.

· Bila memungkinkan belilah kertas daur ulang dari produsen ramah lingkungan.

· Gunakan sapu tangan atau serbet untuk mengganti tisu dan serbet kertas.

3. Tips Kurangi Sampah

· Bawa tas kain sendiri saat berbelanja, untuk mengurangi penggunaan tas plastic.

· Pilih produk kemasan besar dan dapat diisi ulang, lebih ekonomis dan mengurangi sampah.

· Hindari penggunaan produk dalam kemasan sachet.

· Kantung teh celup terbuat dari bahan yang sulit hancur, pilihlah teh seduh/rebus saja.

· Gunakan pulsa elektrik untuk menghindari pembelian voucher isi ulang.

· Batu baterai bekas adalah limbah berbahaya dan beracun, gunakan yang bisa diisi ulang.

· Jangan membakar sampah! Karena menghasilkan CO2 dan zat berbahaya bila yang dibakar adalah plastic, elektronik, dan ban.

4. Tips Daur Ulang Sampah

· Pergunakan sekreatif mungkin barang bekas. Kotak, kaleng, dan botol bekas jadi tempat penyimpanan.

· Pisahkan sampah basah dan sampah kering, dan berikan pada pemulung untuk yang bisa didaur ulang. Karena dapat bermanfaat daripada hanya memenuhi TPA.

· Penggantian alat elektronik, jangan asal dibuang karena termasuk limbah B3. Pikirkan untuk menjualnya ke pasar loak atau ke pendaur ulang agar bisa dimanfaatkan.

5. Cara Mudah Membuat Kompos

· Pembuatan Kompos di rumah tangga dapat dilakukan dengan menggunakan komposter berupa tong plastic atau logam.

· Kumpulkan sampah organic yang telah dicacah-cacah. Campur dengan sekam atau serbuk gergaji dengan perbandingan 1:1. Bahan yang sudah dicampur diberi cairan EM4 (2 sendok makan untuk tiap 5 kg) yang dapat dibeli di took kimia, dan 2 sendok makan gula, lalu beri air secukupnya.

· Masukkan campuran ke komposter dan tutup rapat. Simpan komposter di tempat teduh. Pertahankan suhu dalam komposter 60-70oC dengan cara mengaduknya sekali sehari, lalu ditutup kembali.

· Dalam 7-14 hari adonan telah selesai terfermentasi dan siap digunakan. Angin-anginkan dulu sebelum dipakai. Sisa kompos dapat dicampur kembali ke proses pembuatan kompos.


PENUTUP

TPST Bojong, adalah sebuah konsep pengelolaan sampah yang baik dan terencana. Terlepas dari segala kekurangan yang saat ini masih menyelimutinya. Penghentian tempat pengelolaan sampah tersebut sebetulnya sangat disayangkan. Oleh karena itu, mulai saat itu kita harus lebih bijak dalam mengelola sampah. Persoalan sampah adalah persoalan yang pelik saat ini. Pengolahan sampah adalah tanggung jawab kita bersama, dan harus dimulai saat ini juga untuk mengolah sampah mulai dari rumah tangga. Konsep reduce, reuse, dan recycle dalam pengelolaan sampah juga harus selalu diterapkan.

Sampah jangan sampai dibuang begitu saja, karena sampah tidak akan ‘hilang’ atau terurai dengan mudah atau otomatis terdegradasi. Berikut dapat dijadikan pertimbangan agar kita tidak sembarangan membuang sampah:


Lama Waktu Penguraian Sampah

Kertas 2-5 Bulan

Kulit Buah 6 Bulan

Kardus/karton 5 Bulan

Filter Rokok 10-12 Tahun

Kantong Plastik 10-12 Tahun

Benda-benda Kulit 25-40 Tahun

Kain Nylon 30-40 Tahun

Jaring Ikan 30-40 Tahun

Aluminium 80-100 Tahun

Baterai Bekas 100 Tahun

Plastik Tertimbun Tanah 200-1.000 Tahun

Botol Kaca 1.000.000 Tahun

Styrofoam Tidak Dapat Terurai


DAFTAR PUSTAKA


Arif, Ahmad; Indira Permanasari; dan Rudy Badil.2009.Hidup Hirau Hijau.Jakarta:KPG

Ginting, Periksa.2009.Lahan TPST Bojong terlantar.Dalam http://www.sinarharapan.co.id/berita/0904/25/ jab05.html

Oktarini, Fitri.2004.Kesia-siaan TPST Bojong.Dalam http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/11 /25/nrs,20041125-03,id.html

Yuliastuti, Dian.2005.Ahli BPPT : TPST Bojong Sebaiknya Direlokasi.Dalam http://www.tempointeracti-ve.com/hg/.../03/.../brk,20050324,id.html

http://digilib-ampl.net/detai/detail.php?row=6&tp=artikel&ktg=sampahdalam&kd_link=&kode=202.2004. Teknologi di TPST Bojong

http://www.forplid.net/index.php?option=com_content&task=view&id=80&Itemid=101.2007.TPST Bojong Perlu Disempurnakan

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/11/25/nrs,20041125-02,id.html.2004.Mengenal Teknologi Ballapress di TPST Bojong

sepatu lars


sebuah puisi
oleh reshakusumosyahrir

keringat membasahi tengkuk dan pelipis
langkah terus dilempar maju
terik mentari ditelan pori-pori kulit
nafas berganti satu demi satu dan memberat
kertas kertas ditukar dengan sepasangnya
tergenggam sudah sepatu lars itu

tiap sisi kulitnya yang keras digosok
dipoles dan dijemur lalu digosok lagi
hingga umpan cahaya mentari mampu ditepisnya
temali yang menjerat ulir demi ulir badannya
tidak membuatnya lemah justru menguatkan
dan membuat aman telapak hingga betis
nyeri menggelitik dari dalam sepatu lars

aku bisa berlari
melompat lalu jatuh terjerembab
berputar hingga hilang keseimbangan
jatuh lagi dan tersungkur
aku jongkok lalu berjalan
mereka melihat dan meludah
ludah yang hijau dan lengket
kuusap ludah itu dariku
dan aku melompat dan berlari
dan terjatuh dan berlari lagi
dan berlari lagi
dan berlari
dengan sepatu lars
memang sakit
tapi ini sepatu lars
ini sepatu lars