Minggu, 25 Oktober 2009

sebatang rokok atau dua bungkus buras

a short story
by reshakusumosyahrir

Peron jalur 6 dan 7, Stasiun Bogor, pada pagi hari yang segar. Burhan, sebut saja demikian namanya. Pria setengah baya, dengan kemeja dan celana bahan rapi serta tas punggung menempel di lengan kirinya, ia merogoh kantung di sebelah kiri kemejanya dan mengeluarkan secarik uang Rp 1.000,-. Lalu ia berucap, "Bang!". Dengan segera, seseorang dengan rompi warna-warni dan menggendong tas berisi penuh jajanan datang. Burhan pun kembali berucap, "Pilter bang!", seraya menyodorkan secarik uang tadi. Dengan sesegera mungkin, pria rompi warna-warni memberikan sebatang rokok yang dipesan. Pria rompi warna warni pun berucap "Yo! Makasih Bos!" (sapaan untuk langganan), sambil berlalu dan kembali melompat ke peron-peron berikutnya. Burhan menyelipkan batang tadi diantara bibir keringnya, merogoh saku celana dan mengeluarkan pemantik tuanya. "Crek... Crek... Crekk.. Jresss!" pemantik itupun mengeluarkan api, dan Burhan langsung membakar ujung batang rokok tadi sambil beberapa kali menghisap pendek rokok tadi, agar tercipta bara di ujungnya. Menit berganti menit, dia terus menghisap dalam-dalam rokoknya dan membumbungkan asap-asap kelabu ke angkasa. Setelah dirasa terlalu pendek, dia buang batang tersebut dengan bara yang masih menyala, ke tempat sampah.




Syu'aeb, kembali sebut saja demikian. Seorang pria dengan dandanan sederhana, dengan kaos polo shirt sisa impor, dan celana bahan lusuh, serta topi bertuliskan inisialnya, berdiri di gerbong ke empat KRL Jakarta - Bogor tepat di jalur 7. Tiba-tiba, seorang tuna rungu, melompat dari gerbong tiga ke gerbong empat, dan kembali bernyanyi melanjutkan dendangannya dari gerbong tiga. Dengan penuh percaya diri ia bernyanyi, tanpa mempedulikan apa pendapat para penumpang yang melihatnya. Setelah ia merasa cukup berdendang, ia menyodorkan tangan kurusnya yang kotor ke para penumpang. Dia terus melakukannya sepanjang gerbong empat, dan mendekati
Syu'aeb. Syu'aeb dengan perlahan merogoh saku kanan celana bahannya, dan mengeluarkan secarik uang Rp 1.000,-. Tibalah giliran Syu'aeb. Sang tuna rungu pun menyodorkan tangannya ke arah Syu'aeb, dan Syu'aeb memberikan secarik uang tadi. Gerbong empat adalah akhir dari suatu set KRL, sang tuna rungu melompat ke pintu paling ujung, dan berlari ke arah ibu-ibu penjual nasi uduk dan berbagai gorengan di jalur tujuh. Tuna rungu mengambil dua bungkus buras (lontong dengan isi oncom atau wortel) dari deretan dagangannya, dan langsung memberi secarik uang Rp 1.000,- tadi. Dengan lahap ia menyantap lontong tadi satu per satu.


Itu semua adalah pilihan. Pilihan yang kadang terjadi dalam hidup kita. Sebuah ironi yang menyedihkan. Di saat kita bisa membantu saudara kita untuk mengisi peurnya, terkadang kita malah membakar kertas dan menghisap racun-racunnya ke paru-paru kita. Ayo saudara-saudaraku, kita mulai ubah pola pikir, dan jadi lebih peduli pada orang-orang di sekitar kita.



Selasa, 13 Oktober 2009

Tiga Akuntan Publik dan Lima Kantor Akuntan Publik Dibekukan

Ditugaskan oleh Dosen Ibu Renny Nur'ainny
Oleh Resha Kusumo Syahrir

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan dasar Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik, menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha pada tiga Akuntan Publik (AP) dan lima Kantor Akuntan Publik (KAP).


Tiga akuntan publik yang dibekukan izin usahanya yaitu:
AP Drs. Basyiruddin Nur
(KMK Nomor. 1093/KM.1/2009) Pelanggaran SA-SPAP pada Audit PT Datascrip dan Anak Perusahaan tahun buku 2007
AP Drs. Hans Burhanuddin Makarao
(KMK Nomor. 1124/KM.1/2009) Pelanggaran SA-SPAP pada Audit PT Samcon tahun buku 2008
AP Drs. Dadi Muchidin
(KMK Nomor. 1140/KM.1/2009) Izin KAP dibekukan.


Lima kantor akuntan publik yang dibekukan izin usahanya yaitu:
KAP Drs. Dadi Muchidin
(KMK Nomor. 1103/KM.1/2009) Tidak menyampaikan Laporan Tahunan KAP tahun takwin 2008
KAP Matias Zakaria
(KMK Nomor. 1117/KM.1/2009) Tidak menyampaikan Laporan Tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008
KAP Drs. Soejono
(KMK Nomor. 1118/KM.1/2009) Tidak menyampaikan Laporan Tahunan KAP tahun takwin 2005 dan 2008
KAP Drs. Abdul Azis B.
(KMK Nomor. 1119/KM.1/2009) Tidak menyampaikan Laporan Tahunan KAP tahun takwin 2005, 2007, dan 2008
KAP Drs. M. Isjwara
(KMK Nomor. 1120/KM.1/2009) Tidak menyampaikan Laporan Tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008


Dari tiga AP dan lima KAP yang dikenakan sanksi pembekuan di atas, baik dari masalah pelanggaran Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) hingga Penyampaian laporan tahunan KAP, dapat ditarik benang merah permasalahan.
Disiplin, adalah benang merah permasalahan tersebut. AP dan KAP di atas dinilai tidak memiliki disiplin dalam menjalankan kewajibannya, dan dipandang tidak memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan aktifitas profesionalnya.
Berbagai pelanggaran yang dilakukan membuktikan adanya sebuah kepentingan terselubung yang diwakili oleh para AP dan KAP tersebut, dan kepentingan tersebut dirasakan lebih mendesak dibandingkan kepatuhan pada SA-SPAP.
Kasus ini dapat memberi citra buruk pada profesi akuntan publik, terutama pada firma-firma akuntan publik dalam negeri. Bayang-bayang The Big Four di Indonesia menjadi semakin kuat.




Sebagai Landasan Informasi untuk penulisan saya di atas:
http://www.inilah.com

Senin, 12 Oktober 2009

TEPI

sebuah puisi
oleh: Resha Kusumo Syahrir

hitam kuning putih atau merah
dialah warna tepianmu
merekalah tempatmu bersimbah

tak peduli saat kau terhina

tak peduli saat kau teteskan nutfah

tak peduli saat kau basah dan menghitam

tak peduli saat kau terdiam dan terduduk

tak peduli saat kau kau lepas keningmu ke tanah

hanya sekejap
hanya menoleh
ke samping dan ke belakang
sedang Dia...

tidak tertarik
tidak acuh
sekuat tenaga...
kau lemparkan bola matamu ke balik bukit
sedang kau terjaga di hadapan-Nya
dan kau tak menengok warna tepianmu

Etika Akuntan Publik dalam Menerima Parcel

TUGAS ETIKA PROFESI AKUNTANSI
Oleh : Resha Kusumo Syahrir (20206790 - 4EB01)

Akuntan publik dapat dipandang sebagai profesi yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme dan kepercayaan (Trust). Setiap akuntan publik harus memiliki keandalan serta integritas dan obyektifitas dalam menjalankan profesinya. Sifat unik yang membedakan profesi akuntan publik dari jasa profesional lainnya adalah Independensi. Independensi membuat profesi akuntan publik bisa dikategorikan spesial di mata orang awam. Sifat independensi tersebut bila tetap terjaga makan kepercayaan publik / masyarakat luas pada profesi akuntan publik juga akan tetap ada.

Sudah menjadi hal yang biasa bagi setiap manusia untuk saling memberi dan berbagi pada sesamanya. Manusia yang mampu kepada yang mampu, manusia yang mampu kepada yang kurang mampu, manusia yang kurang mampu kepada yang mampu, dan manusia yang kurang mampu kepada yang kurang mampu. Lingkaran interaksi sosial tersebut dijadikan landasan untuk saling memberi, dan tidak ada yang aneh untuk hal tersebut. Ketulusan adalah yang terpenting dari semuanya, tapi terkadang hal itu dikotori oleh maksud-maksud dan kepentingan-kepentingan sebagian orang yang ingin mengambil keuntungan tertentu dari aktifitas saling berbagi tersebut. Mulai dari sekedar ajang adu gengsi, pamer, hingga aksi suap dan pemberian gratifikasi yang tidak semestinya oleh oknum-oknum tertentu.

Akuntan publik sebagai manusia pastilah juga mengalami hal tersebut. Pemberian hadiah berupa parcel atau apapun bentuknya pastilah ada baik dalam fitrahnya sebagai manusia ataupun dalam posisinya sebagai seorang profesional. Jika kita lihat dari sisi Independensi dan Integritas_Obyektifitas pada sisi profesionalnya sebagai akuntan publik, maka jika akuntan publik dan keluarganya diberi hadiah dalam bentuka apapun (dalam hal ini parcel) dari pihak Klien Audit (Auditee) maka tidak sepatutnya hadiah tersebut diterima. Akuntan publik dan keluarganya, yaitu di dalamnya yang termasuk akuntan publik adalah:
1. Anggota dari tim penugasan Audit.
2. Mereka yang dalam posisi mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando perusahaan.
3. Rekanan dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa non audit kepada klien.
4. Rekanan dalam kantor rekanan yang terutama bertanggungjawab untuk penugasan audit.
Untuk Klien/ auditee adalah diantaranya calon Klien, Klien yang sedang ditangani, dan Mantan Klien, beserta seluruh perusahaan anakannya.

Hal tersebut dimaksudkan agar sifat Independensi akuntan publik bisa dijaga, dan dalam menjalankan aktifitasnya akuntan publik dapat bersikap lebih profesional dengan integritanya sebagai seorang profesional dan bersikap objektif (tidak memihak kepada siapapun). Bila hadiah tersebut dari pihak lain di luar hal-hal di atas yang sekiranya tidak ada hubungan dalam profesionalismenya, atau dalam kondisi fitrahnya sebagai manusia dalam masyarakat, hal tersebut adalah hal yang lumrah, mengingat akuntan publik juga manusia biasa yang butuh aktifitas saling memberi dan berbagi.

Landasan :Arens; Elder; dan Beasley. 2004. Auditing, Buku1. Jakarta:Index

PersonalIdentification!


hey heeooh, here i am...
here we go, life is waiting to begin

Itulah sepenggal lirik lagu the adventure dari angels and airwaves, menjadi salam awal dari saya yang akan memulai perjalanan di blog ini...

Let's go to the issue! Nama lengkap saya resha kusumo syahrir, saya biasa dipanggil resa atau panggilan lai yang sekiranya pantas untuk diucapkan... Saya dilahirkan pada 5 Juli 1988 di Kolaka, Sultra. Lahir di Sulawesi namun tumbuh di Jawa sejak umur 3 minggu (perantauan dini). Tempat saya tumbuh bisa diurutkan yaitu Kolaka, Yogyakarta, Jakarta, dan Bogor, dan Bogor adalah tempat terlama yang saya singgahi, sekarang sudah tidak sabar lagi untuk bermigrasi mencari sensasi baru di tempat baru.

Yogyakarta, kota terindah (menurut saya), tempat saya menghabiskan masa kecil saya bersama kakek dan nenek. TK Indriasana menjadi tempat mengenal ilmu hingga saya berumur 6 tahun.

Jakarta, kota metro'kacau'politan, kota dimana saya menghabiskan masa-masa SD saya, di SDN Pancoran 01 Pagi saya bersekolah dan menghabiskan waktu bersama teman-teman. SDN Pancoran 01 Pagi cukup unik, karena pada siang hari SD tersebut bertransformasi menjadi SDN Pancoran 02 Petang. Waaw, sampai sekarang saya masih bisa tertawa saat mengingatnya. Tidak genap 6 tahun saya bersekolah di Jakarta.

Umur 10 tahun, Kelas 5 Caturwulan 2 saya buka di SDN Papandayan 1 Bogor. Bogor, Kota HujanAngkot. Kota dimulainya segala harapan dan mimpi indah menuju kedewasaan. Saya lulus SD pun di kota ini. SDN Papandayan 1 Bogor menjadi tempat saya menamatkan pendidikan dasar saya. Tidak sabar rasanya untuk segera meng-aktualisasi diri, sehingga langsung saja saya hijrah ke SMP Negeri 1 Bogor. Woow, lain sekali suasana dengan pendidikan dasar. Pendidikan menengah membuat saya merasa canggung, butuh adaptasi hampir satu caturwulan hingga saya benar-benar bisa menerima, bahwa saya sudah di SMP.

Tiga tahun di SMP tak terasa, tahun 2003 saya lulus dari SMP Negeri 1 Bogor. SMA Negeri 1 Bogor tepat di sebelahnya segera saya singgahi. Inilah tempat saya mengenal 'dunia menuju remaja', dan masa-masa SMA saya isi dengan aktifitas yang sebanyak-banyaknya agar masa SMA saya tidak mubazir dan membosankan. Dari mulai perwakilan MPK, mncari ketenangan di Merpati Putih, gambar komik di majalah BIRU pada DKM Smansa, mulai mencoba-coba bermusik bersama kawan-kawan di grup musik AibSekolah, hingga berpolitik-politikan di NSBSP. Huff, 3 tahun saja SMA saya, ingin rasanya berlama-lama tapi ketentuan yang mengakhiri perjalanan indah itu.

Pendidikan tinggi menjadi pilihan saya selanjutnya, dan setelah semua daya upaya dikerahkan ke PTN-PTN Favorit, namun ada ketentuan lain yang harus saya jalani. Universitas Gunadarma menjadi tempat saya bergabung dengan civitas akademika. 1EB02 jadi tempat awal saya memulai kuliah. 2EB01 adalah perombakan kelas pertama dan mungkin yang terakhir karena sudah 2 tahun bersama anak-anak 2 EB01 dan ternyata kampus tidak lagi merekonstruksi komposisi kelas tersebut. Saya berharap kami sekelas dapat lulus bersamaan, dan wisuda pada tanggal yang sama.

Untuk yang terakhir, ada sepenggal asa yang ingin saya bagi...
Saya bersama tiga sahabat saya, Gibran, Wiko, dan Adam membentuk sebuah grup musik yang kami beri nama tanteulucy. Semuanya kami mulai saat perayaan 21 April 2006 (kartini days di SMA), seusai acara kami langsung bermain di studio Rajawali. Lagu yang kami mainkan seperti Ayah-Panbers dan Gereja Tua - Panbers. Nama grupnya mungkin terdengar aneh dan sampai saat ini kami semua kurang ingat kenapa kami menamai grup kami sedemikian ganjilnya. Walau demikian, disitulah kami mencoba menggantung harapan untuk terjun ke belantika musik independen tanah air. Namun mulai tahun 2008 kami mencoba memainkan lagu-lagu ciptaan sendiri. Lagu-lagu kami diantaranya BoyOverseas, Give Me Back My Lovely Haircut, Deborah, Gomenasai Furengki, HighSchool Memories, Kesan, Cardigan ABG. Semoga kami bisa berhasil.


Bitte danke!



Sabtu, 10 Oktober 2009

berhamba

a poem
by: resha kusumo syahrir

ku tendang kaleng rongsok berkali-kali
terhempas ke kanan dan ke kiri
sesekali mengepak ke udara
meloncat loncat kegirangan melepas karat
karat yang mengikat namun...
mendarah daging

tak bisa kutahan tiap tendangan yang kubuat
kubiarkan kaleng itu lebam dan tak berbentuk
tak kuhiraukan...
biar saja....
toh jalanku adalah selamanya...
aku akan basah akan lumpur
aku akan basah...
akan terus basah...
hanya Dia yang mempedulikanku